Buatlah puisi dengan kata kata - melati - pilu hatiku - hujan dipagi hari - Purnama terang - hujan turun - senja disudut desa - merbabu
B. Indonesia
raflialfayed
Pertanyaan
Buatlah puisi dengan kata kata
- melati
- pilu hatiku
- hujan dipagi hari
- Purnama terang
- hujan turun
- senja disudut desa
- merbabu
- melati
- pilu hatiku
- hujan dipagi hari
- Purnama terang
- hujan turun
- senja disudut desa
- merbabu
1 Jawaban
-
1. Jawaban HanifaInaiya
Melati:
Kala kubuka jendela kamarku
Angin berhembus lembut
membawa aroma yang begitu harum
Itulah aroma bunga melati
yang ditanam Ibu di samping rumah
Aroma melati nan wangi
menghadirkan rasa damai
dalam jiwa
menyegarkan pikiran
yang gundah gulana
Membangkitkan
semangat untuk menapak masa depan
yang cerah
pilu hatiku:
Dihiris gerimis, menutup mentari
Kemelut melanda, tiada kesudahan
Pikiran ku melayang jauh
Cerita batin, kesenjangan hati
Aku sedikit kaku, tertunduk lesu
Sebuah harapan yang tak pasti
Kerana masih ada keraguan
Batinku tak siap dengan janji-janji
Aku tak tau harus bercerita apa
Walau coba dibacai, namun masih terpisah dari impian ku
Pikiran ku layu, begitulah seumpama kata
Aku terbuai ilusi qalbu
Inilah fatamorgana hidupku
Suka duka manisnya kenangan
Melayani hidup sendirian
Dalam melayani impian
Setulusnya hati ku ini,
Syahdu jadi teman diri,walaupun tak berarti
Begitulah pikiranku
Terbawa kearah tak tentu
Kesemat dalam diri, selama berdiam diri
Mungkin semuanya sudah sampai disini
Persengketaan yang tak berarti
Biarkan aku pergi….
Dari pada aku terbuai mimpi..
hujan dipagi hari:
Hujan di pagi hari seperti membasuh bening embun,
Yang mengajarkan kita bahwa tidak ada manusia yang sempurna.
Sebening apapun hati kita, terkadang kita harus membasuhnya agar lebih baik dan lebih baik lagi, selamat pagi.
purnama terang:
Senyuman manis sang bulan menyapaku..
Begitu indah mekarkan suasana hatiku..
Sejenak kuterdiam termangu..
Memandang indahnya yang tak pernah jemu..
Sinarmu terpancar mengusir gelap..
Menembus malam hadirkan terang..
Kunikmati cahayamu hangatkan malamku..
Bahagiakan rongga hati ini yang tersinari..
Bulan.. belailah jiwaku ini..
Yang begitu tegang menjalani hari..
Usaplah sesaknya asmara di dada ini..
Keringkanlah luka menganga dihati ini..
Bulan.. memandangmu membuatku mengerti..
Bahwa keindahan tak harus selalu didekati..
Bahwa keindahan tak harus selalu dimiliki..
Namun hanya untuk sekedar di pandang dan dikagumi..
hujan turun:
Perasaan manusia seperti cuaca.Bila bahagia, dia sama seperti pelangi di petang hari.Tetapi bila sedih, dia akan menangis seperti hujan
senja disudut desa:
sa proses kehidupan
Sudah tak dapat kusesali lagi
Yang tlah pergi kini tak dapat kembali lagi
Percuma ku mengharapkannya hingga jeritan napas tercekik
Karna dia sudah memiliki boneka indah untuk menemani hari-harinya
Hidup ini serasa memiliki makna yang kosong
Semangat yang membara tak lagi berkobar segemelegar dulu
Seakan q kehilangan benda yang sangat q sayangi
Namun ku tak berdaya tuk mengejarnya lagi
Ku pandangi senja yang begitu menghiasi warna mata ini
Berwarna orange bercampur sayatan udara dingin
Indah,, Aahh indah sekali..
Ternyata aku tak sendiri, aku cukup bahagia ditemani sang senja diantara hiruk pikuk sore ini
Meski entah sampai kapan
merbabu:
Fajar 'tak kunjung terbit
Layaknya batang hidungmu
Yang sebulan 'tak nampak
Aku tidak buta, juga tidak tuli
Aku hanya bisu, membiarkan ini terjadi
Malam ini terang, sangat indah
Ada banyak bintang, ratusan kulihat
Bersama merapi, berdampingan
'Tak seperti di kota
Walaupun tempat ini juga kota
Di sana, sebut saja Jakarta
Malam terang, karena lampu
Pakai listrik, bayar lagi
Bintangnya nampak, cuma sepuluh
Tertutup asap, awan, dan dosa
Mahakarya-Mu tiada tanding
Karyaku kemarin langsung dibanting
Hanya Engkau yang mendengar
Hati ini berbisik, syahdu nan khusyuk
Karena lidah ini sudah rusak
Oleh kata-kata kotor, busuk
Aku tahu di sini tinggi
Aku tahu ini di gunung
Aku tahu sekarang malam
Aku tahu mataku gelap
Aku tahu rasanya dingin
Sampai raga ini menggigil, mati rasanya
Yang aku tidak tahu kamu di mana
Pena ungu menjadi saksi
Betapa payah lidah ini menari
Ujung pena seakan berkata
Mati saja kau lidah
'Tak terima, lidah membalas
A... A... Ku...
Dan hari pun sudah pagi!